Pembuatan Bahan Antimikroba dengan Ekstrak Lengkuas Alpinia galangal


PRAKTIKUM II
PENGARUH EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galangal) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella Thipy



A.   LATAR BELAKANG
 Penggunaan antibiotik dan senyawa sintesis pada mulanya dapat bekerja aktif mengatasi mikroorganisme, namun bila digunakan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan efek samping yang kurang menguntungkan. mengingat hal ini, maka perlu maka perlu digalakkan penggunaan obat tradisional secara alamiah melalui pemanfaatan tumbuh-tumbuhan, selain tidak menimbulakn efek sampinhng, bahan-bahan ini biasanya  idah ditemukan disekitar kita.
            Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau zat pengendali mikroba adalah Lengkuas (Alpinia galangal). Senyawa kimia yang terdapat pada lengkuas antara lain mengandung minyak atsiri, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol, dan kristal kuning. Minyak atsiri yang dikandungnya antara lain galangol, galangin, alpinen, kamfer, dan methyl-cinnamate.
            Peran lengkuas sebagai pengawet makanan tidak terlepas dari kemampuan lengkuas yang memiliki aktivitas antimikroba. Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan pembusuk makanan. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), ataupun germisidal (menghambat germinasi spora bakteri).
              Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti di Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB yang dimotori oleh Winiati Pudji Rahayu misalnya telah membuktikan bahwa lengkuas merah yang muda memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi, yaitu dengan daya hambat rata-rata 38,3 persen. Lengkuas ini mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan perusak pada pangan khususnya terhadap Bacillus cereus. Penelitian yang dilakukan terhadap ikan kembung terbukti dapat memperpanjang masa simpan ikan kembung pada suhu 40 oC dari 5 hari menjadi 7 hari dengan menggunakan bubuk lengkuas 2,5 persen yang dikombinasikan dengan garam 5 persen.
            Penelitian ini telah berhasil menemukan sebuah pengawet alami untuk membuat makanan tetap segar dan tahan lama. Pemanfaatan lengkuas diharapkan mampu memperpanjang masa simpan bahan pangan dan minuman tanpa mengurangi kualitas dan lebih penting tidak berdampak buruk bagi kesehatan. Pengawet alami ini jelas lebih murah dan mudah didapat di sekitar kita. 
        Berdasarkan uraian diatas, maka kami melakuakan percobaan tentang uji antibacterial Lengkuas (Alpinia galangal) terhadap baketri Salmonella thipy. Percobaan ini terkakit dengan Mata Kuliah Mikrobiologi terapan denganbahasan Materi Ekstrak Tumbuhan Sebagai Zat Anti Mikroba. 

B.  TUJUAN               :
a.    Untuk mengetahui pengaruh ektrak Rimpang Lengkuas terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella thipy.
b.    Untuk mengetahui zona hambat dan luas zona sensitvitas

C.   DASAR TEORI
***

A.   PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.   WAKTU DAN TEMPAT
a.    Waktu          :  Kamis, pukul 10.30 WIB
b.    Tempat       : Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang

2.   ALAT DAN BAHAN
a.    Alat      : Cawan petri, gelas kimia, pinset, bunsen, rak tabung reaksi, jarum ose, kapas, tissue, erlemeyer, sprayer, autoklaf, inkubatror, termometer, jangka sorong, penggaris, kertas lbel, beaker glass
b.    Bahan  : Media agar (NA), bakteri Streptococus aureus, kapas, kertas HVS, spritus, tissue, paper dish diameter 6 mm, alkohol 70% dan 90%, ektrak daun sirih.

3.    CARA KERJA
Mengamati pengaruh ektrak daun sirih terhadap bakteri.
a.    Cuci bersih bahan tanaman (Rimpang Lengkuas) kemudian tiriskan
b.    Potong kecil-kecil bagian bahan tanaman yang akan dijadikan ekstrak
c.    Haluskan bahan tanaman dengan tidak menambahkan air atau pelarut
d.    Setelah halus masukan bahan tanaman tersebut kedalam wadah bersih dan kering kemudian bawa kelaboratorium
e.    Membuat konsentrasi ekstrak tanaman (1,5%, 2,5%, 3,5%). Untuk konsentrasi 1,5% caranya timbang ektrak daun sirih 1,5 gram lalu tambahkan pelarut alkohol 96% sebanyak 8,5 ml. Untuk membuat konsentrasi 2,5% caranya timbang ektrak lengkuas 2,5 gram lalu tambahkan pelarut alkohol 96% sebanyak 7,5 ml. Untuk membuat konsentrasi 3,5% caranya timbang ektrak lengkuas 3,5 gram lalu tambahkan pelarut alkohol 96% sebanyak 5,5 ml.
Setelah tercampur alkohol 96% dibiarkan lebih kurang 15 menit, lalu diaduk dengan spatula kaca dan disaring dengan kain kassa steril.
f.     Inokulasi bakteri Salmonella thipy keseluruh permukaan media NA dalam cawan petri secara aseptis dengan menggunakan kapas lidi steril.
g.    Masukkan paper dish berdiameter 6 mm selama 15 menit kedalam ektrak daun sirih tersebut.
h.    Ambil paperdisk dengan menggunakan pinset steril, jepit paper dish dengan pinset steril lalu tiriskan sebentar di pinggiran beaker glass sehingga larutan/bahan kimia tidak menyebar kepermukaan media.
i.      Letakkan paper dish tersebut secara aseptis diatas permukaan media NA yang sudah diinokulasi bakteri dengan pinset steril, kemudian tekan secara perlahan agar paper dish menempel erat pada permukaan agar NA.
j.      Bungkus cawan petri secara terbalik (mengapa?) dengan kertas putih, kemudian inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C dalam inkubator.
k.    Setelah inkubasi selama 24 jam ukur diameter zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong.


A.   HASIL DAN PEMBAHASAN
11. HASIL PRAKTIKUM
 

Gambar 5.1 Perlakuan 1
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2011)

 
Gambar 5.2 Perlakuan 2
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2011)



Gambar 5.3 Perlakuan 3
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Tabel 5.1 Perolehan Zona Hambat Perlakuan Ekstrak Lengkuas pada Salmonella typhi.
Perlakuan
Zona Sensitifitas yang dibentuk
ekstrak lengkuas 1.5%
1.39
ekstrak lengkuas 2.5%
1.98
Ekstrak Lengkuas 3,5 %
0
Sumber: (Hasil Praktikum 2)




Gambar 5.4 Histogram Perolehan Zona Hambat Perlakuan Ekstrak Lengkuas pada Salmonella typhi.

1.   PEMBAHASAN
            Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Umumnya masyarakat memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan pengobatan tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara mememarkan rimpang kemudian dicelupkan begitu saja ke dalam campuran masakan, sedangkan untuk pengobatan tradisional yang banyak digunakan adalah lengkuas merah. Kandungan zat yang terkandung dalam lengkuas antara lain: minyak atsiri antara lain: galangol, galangin, alpinen kamfer, methyl-cinnamate.
            Pada perlakuan 1 (Ekstrak Lengkuas 1,5 %), terbentuk zona sensitivitas dengan luas 1,39 cm, pada perlakuan 2 (Estrak Lengkuas 2,5 %) menghasilkan zona sensitivitas seluas 1,98 cm, sedangkan pada perlakuan 3 (Ekstrak Lengkuas 3,5 %) tidak menghasilkan zona sensitivitas.
            Zona sensitivitas yang dihasilkan dapat menjadi indikasi keampuhan suatu zat anti mikroba terhadap suatu mikroba tertentu. Pada hasil percobaan yang kamii lakukan, lengkuas merupakan zat anti mikroba yang kurang sesuai untuk mengatasi/membasmi Salmonella thypi.
            Lengkuas merupakan bahan alami yang mampu menjadi zat pengganti formalin dalam pengawetan makanan. (Anonim, 2010).
            Namun hal tersebut ternyata membuktikan fakta bahwa suatu zat antii mikroba hanya bersifat membasmi spesifik pada mikroorganisme tertentu. Dalam fungsinya untuk mengawetkan makanan, lengkuas spesifik menghambat pertumbuhan bakteri perusak makanan khususnya Bacillus cereus.
Salmonella thypi akan ampuh bila dihambat dengan ekstrak daun salbiloto. Hal ini dibuktikan dengan zona sensitivitas yang dibentuk pada percobaan perlakuan ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. (Eliana, 2009).
            Alasan digunakannya alcohol sebagai pelarut ekstrak adalah karena Alkoholl mempunyai rantai carbon yang akan berfungsi untuk mengikat zat dalam tumbuhan yang akan diekstrak. Dalam tumbuhan terdapat senyawa hidrokarbon yang nantinya akan berikatan dengan rantai carbon pada alcohol.

A.   KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan:
a.    Suatu zat anti mikroba akan bekerja spesifik terhadap jenis bakteri tertentu.
b.    Ekstrak lengkuas kurang ampuh untuk digunakan sebagai zat antimikroba terhadap bakteri Salmonella thypi.
c.    Ekstrak lengkuas spesifik sebagai zat anti mikroba bagi bakteri perusak makanan, khususnya Bacillus cereus.
d.    Zat anti mikroba yang sesuai untuk menghambat Salmonella thypi adalah ekstrak daun sambiloto.
e.    Dalam membuat ekstrak digunakan pelarut alcohol karena alcohol merupakan memiliki rantai karbon yang mampu mengikat senyawa hidrikarbon pada tumbuhan.

2.      Saran
a.    Dalam membuat ekstrak, pastikan proses perendaman terhadap alcoholl benar-benar tepat sesuai dengan prosedur. (15 menit).
b.    Dalam melakukan inokulasi, harus dilakukan secara aseptis.
c.    Selama proses perendaman ekstrak, usahakan agar alcohol tidak menguap (tutup dengan kasa atau tissue).
d.    Pada saat dilakukan penyaringan, gunakan kasa steril 3-4 lapis sehingga ampas tersaring denga sempurna.
e.    Dalam melakukan penelitian/uji coba khasiat ekstrak tumbuhan, pastikan ekstrak yang dikandung oleh tumbuhan tersebut dan hubunkan dengan spesifikasi atau daya tahan miikroba yang akan diujikan.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputtro, D. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djembatan. Jakarta.
Damianus L. Edhi S.Salmonella Thypirum Penginfeksi nomor satu.2009(Online).Damianusedhi.blogspot.com/Salmonella-Thypirum-penginfeksi-nomor-satu.Diakses tanggal 26 Desember 2011.
Edhi , Damianus. 2008. Salmonella typhimurium.Jogjakarta. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Eliana. 2009. Pengaruh Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata, Ness) Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi. Palembang. Universitas Muhammadiyah Palembang.
Luki Hartati.Keanekaragaman Salmonella menyebabkan demam tifoid.2009.(online) http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=76218.Diakses tanggal 31 Desember 2011.
Pelczar, Micheal J dan E.C.S. Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Universitas Indonesia. Jakarta.











 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Perkembangbiakan Ikan Cupang (Beta Sp.)

laporan pembedahan vetebrata

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBA UDARA