Kesimpulan Penguasaan Materi Perjalanan Pendidikan Nasional

     Di awal proses pembelajaran, mahasiswa diminta untuk menuliskan refleksdi diri dengan pertanyaan panduan: Siapa saya saat ini? Mengapa saya memilih menjadi guru? Dan bagaimana saya bisa menjadi guru yang berpihak kepada peserta didik? Jawabab untuk pertanyaan pertama dan kedua dapat bersifat subjektif, tergantung bagaimana motivasi kita sebagai mahasiswa dalam mengenali diri dan menentukan pilihan. Namun pertanyaan no 3 membutuhkan jawaban yang mungkin memerlukan pemahaman lebih menyeluruh dalam menjawabnya. Jika dikaitkan dengan pemahaman Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, kekuatan batin, pikiran, Intelektualitas dan Jasmani anak-anak.” Maka untuk menjadi guru yang berpihak kepada peserta didik, kita harus mengenali potensi peserta didik kita dan menuntun peserta didik untuk mampu mengembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya.

Dalam menuntun pertumbuhan kodrat anak, Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran Guru atau pendidik seperti seorang petani. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, seperti memperbaiki kondisi tanah, memberi pupuk, menyiramnya setiap hari, membersihkan gulma, membasmi hama (berupaya agar tanaman tumbuh dengan baik dan menunjukkan fenotif unggulnya) namun petani tidak dapat memaksa agar jagung tumbuh menjadi jagung ataupun tanaman lainnya. Pendidik hanya bisa menuntun dan merawat tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodratnya.




Bahwa Benih pada Tidak Akan Tumbuh Menjadi jagung

 

 Ki     Hajar Dewantara menanamkan tentang Pendidikan yang mengaju pada Pendidikan budi pekerti dan intelektual. Pemikiran-pemikiran beliau menjadi acuan para seniman pendidikan (guru, pemangku kebijakan, orang tua, dan pejuang pendidikan) untuk menyelenggarakan pendidikan yang mencerminkan nilai luhur bangsa Indonesia. Dasar-dasar pendidikan inilah yang harus dijadikan pedoman dalam pendidikan untuk mendidik manusia sesuai dengan kodratnya.

Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh Pendidikan yang amat berpengaruh terhadap warna Pendidikan Indonesia. Dimana di jika dipantau dari sejarahnya secara umum fase Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi 3 fase, yakni : Sistem Pendidikan di Zaman VOC (Belanda), Zaman Etik dan kebangunan nasional dan zaman bangkitnya Jiwa merdeka. Dijelaskan bahwa pada masa kolial Belanda, Pendidikan sudah diberikan kepada rakyat Indonesia, namun hanya sebatas pada Pendidikan intelektual (membaca, menulis dan berhitung), Pendidikan tersebut juga hanya diberikan kepada golongan tertentu, seperti golongan ningrat dan golongan yang berpihak kepada colonial Belanda. Proses pendidika  tersebut tidak mengajarkan tentang budi pekerti, karena hanya bertujuan untuk meghasilkan sumber daya manusia yang bekerja untuk Belanda.

Kinginan untuk mendapatkan kesetaraan Pendidikan juga telah berkembang, sehingga pada tahun 1900-an munculah tokoh-tokoh pergerakan seperti Dokter Sutomo, Dokter Wahidin Sudiro Husodo, Dokter Cipto Mangunkusumo dan R.A. Kartini, mereka tergerak untuk memperjuangkan Pendidikan untuk rakyat Indonesia, namun sayangnya tujuannya masih terbatas hingga pengajaran intelektual saja, belum ada pemikiran tentang Pendidikan budi pekerti.

Hingga akhirnya di tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa sebagai perwujudan keinginan untuk mewujudkan Pendidikan yang menyertakan nilai-nilai luhur budaya dan budi pekerti dala Pendidikan. Dimana saat itu bangsa Indonesia mengalami akulturasi kebudayaan sehingga mebutuhkan suatu Pendidikan yang mampu mendukung bangsa untuk dapat memilah terhadap pengaruh barat yang masuk dengan berpegang pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pendidikan berperan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, dipengaruhi oleh zaman dan alam yang relevan dengan zaman sekarang maka akan tergambar bagaimana Pendidikan yang akan terlaksana di masa yang akan datang. Manusia yang merdeka adalah mereka yang mampu hidup bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung pada orang lain (Ki Hajar Dewantara). Untuk merdeka, manusia harus mengenali diri dan budaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajar.

Dalam pelaksanaan Pendidikan di Indonesia, ada banyak tantanga yang harus dihadapi oleh pendidik. Saat ini Indonesia sedang berada dalam krisis moral. DR. Muhammad Busyro Muqoddas menyatakan, “Krisis moral dan etika yang dialami oleh bangsa Indonesia ini masih sulit untuk dikendalikan. Tanggung jawab orang berilmu sangat berat, karena ilmu bisa menjadi malapetaka jika ilmu itu tidak memiliki kualitas, seperti kualitas keberpihakan. Tak jarang kemudian banyak orang yang tidak mengamalkan ilmunya, hanya untuk memenuhi ambisinya. Jika dikaitkan dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara Bahwa, “Pendidikan berperan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, dipengaruhi oleh zaman dan alam yang relevan dengan zaman sekarang maka akan tergambar bagaimana Pendidikan yang akan terlaksana di masa yang akan datan”’. Jika nilai budi pekerti tidak ditanamkan, maka generasi yang dihasilkan hanya akan meghasilkan pemimpin-pemimpin yang terasing dari budi pekerti dan kehilangan dasar-dasar nasionalnya. Selain itu masih banyak belenggu yang dihadapi system Pendidikan saat ini, seperti perkembangan teknologi yang amat pesat, menyebabkan peserta didik amat mudah mengakses suatu ilmu pengetahuan, namun tidak mendidiknya sebagai negerasi Tangguh yang memiliki kebiasaan membaca. Disinilah tugas guru harus diberlakukan, yaitu sebagai penuntun tumbuh kenbang peserta didik.

Dengan menanamkan pada diri, bahwa setiap peserta didik memiliki potensi masing-masing yang akan berkembang dengan maksimal jika dituntun dalam proses pengembangannya. Dalam system pembejaran amat penting untuk menanamkan sikap moral dan budi pekerti. Untuk merdeka kita harus mengenali diri, berdaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajar karena manusia yang merdeka adalah yang mampu hidup bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, dan tidak bergantung pada orang lain.

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP BERKARAKTER

Laporan Praktikum Perkembangbiakan Ikan Cupang (Beta Sp.)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBA UDARA