FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Pancasila Sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21

 

 

Sejarah perjalanan Pendidikan Indonesia dapat dikatagorikan menjadi 3 fase, diantaranya adalah : sebelum kemerdekaan, setelah kemerdekaan dan pendidikan di abad 21. Pada mulanya Pendidikan di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh pemerintah konila belanda yang menjasikan Pendidikan sebagai pemenuhan kebutuhan Belanda atas kepentingannya terhadap kalangan ningrat dan orang-orang yang bekerja untuknya. Pendidikan yang diberikan hanya sebatas Pendidikan intelektual saja tanpa pemberian Pendidikan budi pekerti. Kemudian Ki Hajar Dewantara melalui pidatonya menyampaikan tentang pelajaran budi pekerti. Dalam pidatonya tersebut Ki Hajar Dewantara menyampaikan tentang pentingnya memberikan Pelajaran Budi Peketi sehingga terlahir generasi yang memiliki Karakter yang mampu memiliki daya saing global dan memiliki filter untuk menyaring akulturasi kebudayaan yang terjadi.

Ki Hajar Dewantara membedakan kata Pendidikan dan pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurutb KHD, pengajaran (onderwish) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberian ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opveding) adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.

            Ki Hajar Dewantara mejelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan Kodrat alam dan Kodrat Zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak tersebut lahir dan dibesarkan, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan kondisi dimana anak tersebut tumbuh. Watak atau karakter yang muncul pada diri anak merupakan perwujudan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak sehingga menimbulkan tenaga atau perbuatan. Dalam hal ini budi pekerti merupakan perpaduan antara cipta, rasa, karsa yang akhirnya mewujudkan karya. Sehingga dalam memberikan Pendidikan, seorang guru harus menerapkan system among yang mengakomodir Pendidikan dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dengan semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo artinya gurus harus mampu memberikan teladan yang baik, Ing Madyo Mangun Karso artinya guru ditengah tugasnya harus dapat membangkitkan semangat. Tut Wuri Handayani, artinya guru harus memberikan dorongan moral kepada peserta didik dari belakang”.

Mengingat bahwa manusia tumbuh dan berkembang dengan kodrat alam dan zaman, maka Identitas manusia Indonesia dibahas dalam bab III. Identitas manusia adalah identitas manusia yang menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia. Kemanusiaan tersebut mencangkup nilai, jiwa, Hasrat, martabat, solidaritas dan berbagai tradisi dari waktu ke waktu. Tiga nilai kemanusiaan khas Indonesia adalah Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan Nilai religious.

            Pancasila sebagai dasar negara merupakan fondasi Pendidikan Indonesia, diamana Pendidikan diartikan sebagai tempat persemaian nilai-nilai kebudayaan. Pancasila menjadi pedoman untuk mempersiapkan manusia Indonesis yang seutuhnya tercermin dalam profil pelajar Pancasila yang tertuang dalam enam dimensi, diantaranya: beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, berkebhinekaan global, kreatif dan bernalar kritis. Pancasila mengakomodir kemanjemukan ras, suku, budaya, Bahasa dan berbagai macam perbedaan yang ada sebagai kekayaan budaya nasional.nilai-nilai Pancasila menjadi dasar pengembahangan peradigma Pendidikan transformative untuk melestarikan kultur-kultur kebudayaan yang ada. Pendidikan dalam nilai bingkat filsafah Pancasila membentuk karakter dan ketrampilan pribadi yang unggul, berkarakter rasional, kolaboratif dan religious untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing global dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan Indonesia.

            Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat banyak. Pelajar dituntut untuk menguasai enam kecakapan 6C di abad 21. Keenam kecakapan itu yakni character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi). Pendidik harus mampu menjawab tantangan untuk memberikan Pendidikan yang mengakomodir kebutuhan peserta didik akan pikiran, komunikasi verbal dan tulis, teamwork, kreativitas, keterampilan meneliti, dan problem solving untuk bersaing dan tumbuh dengan baik di masa depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Perkembangbiakan Ikan Cupang (Beta Sp.)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBA UDARA

laporan pembedahan vetebrata